NAMA :
RIVALNO
NPM :
26212494
KELAS :
3EB12
BAHASA INDONESIA 2
Penalaran Induktif dan Deduktif
1.
Penalaran
Induktif dan Deduktif
A.
Pengertian
Penalaran adalah proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian.
Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Penalaran dibagi Menjadi Dua Yaitu :
I.
Penalaran
Induktif
Penalaran
induktif adalah proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan
fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran
induktif terkait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara
semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara
empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran
induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum,
teori atau kaedah yang berlaku umum.
Contoh
Penalaran Induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Sapi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan.
·
Hal-hal yang berhubungan dengan
Penalaran Induktif :
Macam-macam
Penalaran Induktif :
a) Generalisasi
pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar
gejalayang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian.
Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data
statistik, dan lain-lain.
Contoh generalisasi :
Pemakaian
bahasa Indonesia diseluruh daerah diindonesia dewasa ini belum dapat dikata
seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan
mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan
oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa
indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun
pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga
baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu
ditingkatkan.
Macam-macam Generalisasi :
Generalisasi sempurna
Generalisasi
sempurna Adalah generalisasi dimana
seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam
ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja
yang belum diselidiki.
Generalisasi
tidak sempurana
Generalisasi
tidak sempurana Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk
mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
Penalaran generalisasi bertolak dari
satu atau sejumlah fakta (fenomena atau peristiwa) khusus yang mempunyai kemiripan
untuk membuat sebuah kesimpulan. Sejumlah peristiwa khusus dibuat dalam bentuk
kalimat, kemudian pada akhir paragraf diakhiri dengan kalimat yang berisi
generalisasi dari peristiwa. Peristiwa khusus yang disebutkan pada bagian awal.
b) Analogi
Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil
dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa
pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan
yang sebelumnya.
Dalam
berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan
hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika
sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang
lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita
didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada
dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari
hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari
penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses
penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan
sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan
kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita
banyak tertarik dengan planet mars, karena banyak persamaannya dengan bumi
kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai
atsmosfer seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan
oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya
musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup
diplanet Mars.
c)
Hubungan akibat sebab
Hubungan akibat sebab merupakan
suatu proses berfikir dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap
sebagai akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah
menimbulkan akibat tadi.
II.
Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses
penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut
dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh Penalaran Deduktif :
Masyarakat Indonesia konsumtif
(umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan
kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup
konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
·
Hal-hal yang berhubungan dengan
Penalaran Deduktif :
Macam-macam Penalaran Deduktif :
a)
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang
terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi /
kesimpulan)
b) Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat
dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar
matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada
proses fotosintesis
Karangan Ilmiah, Non Ilmiah, dan Metode Ilmiah
2.
Karangan Ilmiah, Non Ilmiah, dan
Metode Ilmiah
I.
Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah adalah laporan tertulis dan
diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan
tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah
seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya
merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam.
Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan
simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap
karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang
dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai
wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.
Hal-hal yang berhubungan dengan Karangan Ilmiah :
a.
Tujuan Karya
Ilmiah
·
Sebagai
wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk
tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
·
Menumbuhkan
etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu
pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya
tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
·
Karya
ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi
pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat
membacanya.
·
Membuktikan
potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan
memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
·
Melatih
keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
b.
Manfaat Karya
Ilmiah
Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah
berikut:
·
Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca
yang efektif;
·
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber;
·
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
·
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara
jelas dan sistematis;
·
Memperoleh kepuasan intelektual;
·
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
·
Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk
penelitian selanjutnya
c.
Sistematika
Penulisan Karya Ilmiah
i.
Bagian
Pembuka
- Cover
- Halaman judul.
- Halaman pengesahan.
- Abstraksi
- Kata pengantar.
- Daftar isi.
- Ringkasan isi.
ii.
Bagian Isi
Pendahuluan
- Latar belakang masalah.
- Perumusan masalah.
- Pembahasan/pembatasan masalah.
- Tujuan penelitian.
- Manfaat penelitian.
Kajian
teori atau tinjauan kepustakaan
- Pembahasan teori
- Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
- Pengajuan hipotesis
Metodologi
penelitian
- Waktu dan tempat penelitian.
- Metode dan rancangan penelitian
- Populasi dan sampel.
- Instrumen penelitian.
- Pengumpulan data dan analisis data.
Hasil
Penelitian
- Jabaran varibel penelitian.
- Hasil penelitian.
- Pengajuan hipotesis.
- Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya.
iii.
Bagian
penunjang
- Daftar pustaka.
- Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian.
- Daftar Tabel
Contoh Karangan
Ilmiah :
Karya
Ilmiah Tentang Sampah
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “PENGOLAHAN SAMPAH”.Karya ilmiah ini di susun sebagai salah satu tugas mata pelajaran biologi.
Aktifitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukannya sebagai barang buangan yang disebut sampah. Sampah secara sederhana diartikan sebagai sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di suatu daerah. Sumber sampah umumnya berasal dari perumahan dan pasar.
Pengelolaan sampah diantaranya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair organik yang didalamnya terkandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, perbaikan struktur tanah dan zat yang dapat mengurangi bakteri yang merugikan dalam tanah. Pupuk organik biasanya tidak meninggalkan residu / sisa dalam tanaman sehingga hasil tanaman akan aman bila dikonsumsi.
Dalam penyusunan karya ilmiah,ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuankami. Namun sebagai manusia biasakami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan karya ilmiah meskipun tersusun sangat sederhana.
Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Penulis
Juni,2012
DAFTAR ISI
Kata pengantar
............................……………………………………….............……………………………………….i
Daftar isi
…………………………………………………………….............……………………………………..ii
Bab 1 Pendahulua.………………………………………..............…………………………….……….1
1.1 Latar Belakang
Masalah………………………………………….……………...........………….………………………1
1.2 Identifikasi
Masalah……………….……………………………………………...........…….………………………1
1.3 Rumusan
Masalah……………………………….…………………………...........……….………………………2
1.4 Tujuan
Penelitian………………………...…………………………………..........….………………………….2
1.5 Manfaat
Penelitian…………………………………...………………………..........….………………………….2
BAB 2 Pembahasan………………..……………………………..........………………………………..3
1.1 Pengertian
Sampah………………………………...………………………………………..........…………………3
1.2 Jenis-jenis
Sampah………………………………………..............……………………..........…………………….3
1.3 Prinsip pengolahan
sampah……………………………………………………………...........…..........…………………….5
1.4 Pengolahan
Sampah………………………………………………………..………………..........………………….6
1.5 Cara Pengolahan
Sampah…………………………………………………………...………………….........…………….8
Bab 3 Penutup……………………………………………………………………........………………10
1.1 Kesimpulan……………………....……………………………………….......………………10
1.2 Saran……………………………………….……………………………………........……………….10
Daftar Pustaka…………………………………….……………………………………........………………..11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebersihan pangkal kesehatan, kata-kata ini sudah tidak asing bagi kita.Di suatu lingkungn sekoah seringkali sebuah sekolah mengalami permasalahan tentang kebersihan.Hal ini di sebabkan oleh para siswa yang membuang sampah sembarangan.
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju, sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita lihat.
Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya.
1.2 Identifikasi Masalah
berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut :
1.Bagaimana cara mengatasi sampah di sekitar kita ?
2. Bagaimana cara mengelola sampah tersebut ?
3. Bagaimana agar sampah tersebut dapat di manfaatkan dalam kehidupa sehari-hari ?
1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas,di rumuskan suatu masalah yang akan di bahas dalam kary ilmiah ini yaitu :
Bagaimana cara penanggulangan sampah di sekitar kita serta cara pengelolaan sampah tersebut agar dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang hendak di capai dalam pedoman untuk melakukan suatu kegiatan yang telah di rumuskan.Adapun tujuan di adakannya penelitian ini adalah :
1.Untuk membangkitkan kesadaran kita untuk tidak membuang sampah sembarangan.
2. Untuk memberikan pengarahan bahwa membuang sampah pada tempatnya itu sangat penting.
4. Untuk mengetahui pengaruh sampah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis sampah
7. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sampah
8. Untuk mengetahui cara mengolah sampah
9. Mencoba menganalisis dan memecahkan masalah tentang sampah.
1.5 Manfaat Penelitian
1.Penelitian ini dapat membuka wawasan kita tentang kondisi lingkungan di sekitar kita.
2.Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca serta memperkenalkan manfaat
pengolahan Sampah.
3.Hasil penelitian ini di harapkan menjadi sumbangan ba siswa mengenai latar belakang
pengolahan Sampah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian sampah
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.Menurut kamus istilah lingkungan,sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemkaian barang rusak atau bercatat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau di tolak atau buangan.Sedangkan kata bapak Dr.Tandjung,M.sc,sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi,di buang oleh pemiliknya atau pemakai semula.
Penumpukan sampah disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA), pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).
Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah kultural karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, terutama di kota besar. Berdasarkan perkiraan,volume sampah yang di hasilkan oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg/perkapita/hari,sehingga untuk kota besar seperti Jakarta yang memiliki penduduk sekitar 10 juta orang menghasilkan sampah sekitar 5000 ton/hari. Bila tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-kota besar tersebut akan tenggelam dalam timbunan sampah berbarengan dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran air, udara, tanah, dan sumber penyakit.
Pada pengolahan sampah tidak ada teknologi tanpa meninggalkan sisa. Oleh sebab itu, pengolahan sampah membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).
Sampah sebagai barang yang memiliki nilai tidak seharusnya diperlakukan sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan sebagai bahan mentah atau bahan yang berguna lainnya.Pengolahan sampah harus dilakukan dengan efisien dan efektif, yaitu sedekat mungkin dengan sumbernya, seperti RT/RW, sekolah, rumah tangga sehingga jumlah sampah dapat dikurangi.
Pengelolaan sampah diantaranya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk cair organik yang didalamnya terkandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman, perbaikan struktur tanah dan zat yang dapat mengurangi bakteri yang merugikan dalam tanah. Pupuk organik biasanya tidak meninggalkan residu / sisa dalam tanaman sehingga hasil tanaman akan aman bila dikonsumsi.
2.Jenis –jenis sampah
a.Berdasarkan sumbernya
1. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami,seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang terurai menjaditanah . Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2.Sampah manusia
Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor(sarana perkembangan) penyakit yang disebabkanvirus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higenis dansanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
3.Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
b.Berdasarkan sifatnya
1.Sampah organic (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2.Sampah anorganik (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
c.Berdasarkan bentuknya
1.Sampah padat
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
- Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
- Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
2.Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
- Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
- Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.
3.Prinsip pengolahan sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4M, yaitu:
a.Mengurangi (Reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b.Menggunakan kembali (Reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
c.Mendaur ulang (Recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d.Mengganti (Replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
4.Pengolahan Sampah
Alternatif Pengelolaan Sampah :
Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan sudah berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi industri telah menciptakan ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan pabrik sehingga membuat orang melupakan kompos. Padahal kompos memiliki keunggulan-keunggulan lain yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu:(1)Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara.(2)Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah.(3)Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.(4)Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.
5.Cara pengolahan sampah
Pengolahan sampah erat kaitannya dengan masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup mikroorganisme penyebab penyakit(bakteri,pathogen) jadi sampah harus betul-betul dapat diolah agar tidak menimbulkan masalah. Pengolahan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai pemusnahan.
Cara pengolahan sampah adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan dan pengangkutan
Pengumpulan dan pengangkutan sampah adalah tanggung jawab msing-masing rumah tangga / institusi penghasil sampah harus membangun tempat pembuangan dan pengumpulan sampah, lal diangkat keTSP(tempat pembuangan sementara, lalu ketempat pembuangan akhir).
2.Pemusnahan dan pengolahan
Pemusnahan dan pengolahan sampah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1.Ditanam( land fill),yaitu membuat lubang didalam tanah kemudian ditimbun dalam tanah.
2.Dibakar(incineration) yaitu membakar sampah dalam incinerator.
3.Dijadikan pupuk misalnya kotoran hewan dikumpulkan menjadi pupuk kompos.
Berikut adalah salah satu contoh pengolahan sampah yang dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut :
Daur
ulang Kaleng Bekas
Anda tentu sering merasa pusing bagaimana memanfaatkan barang bekas, seperti kaleng susu, roti, atau yang lainnya. Anda tidak harus langsung membuangnya. Dengan sedikit kreativitas dan ketekunan, anda pun dapat membuat sesuatu yang lebih bermanfaat darinya. Anda pun dapat memanfaatkannya untuk dapat digunakan sebagai wadah pensil, tempat sampah, tempat cucian atau lainnya.
Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah : kaleng bekas, cat berwarna putih, pensil atau pulpen, cat akrilik. Hal pertama yang harus anda siapkan adalah kaleng bekas sebagai bahan utama untuk dapat dimanfaatkan kembali. Ambil kaleng bekas, kemudian dicuci sampai bersih, baik bagian dalam maupun bagian luarnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran, baik berupa bekas makanan, minyak atau pun debu yang menempel pada kaleng yang akan digunakan. Setelah kaleng dibersihkan, kemudian dikeringkan agar dapat dilakukan proses selanjutnya.
Setelah kaleng bersih dan kering, kemudian dilakukan proses pelapisan kaleng dengan menggunakan cat berwarna putih. Warna putih dipilih karena warna ini netral sehingga proses pengecatan warna selanjutnya akan lebih mudah dan hasilnya pun menjadi maksimal serta sekaligus untuk melapisi merk dari kaleng yang digunakan.
Setelah kaleng dilapisi warna putih, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Tahap selanjutnya adalah dengan melukis kaleng dengan menggunakan pensil atau pulpen. Pola gambar adalah sesuai dengan selera anda. Anda dapat membuat gambar hewan, bunga, pemandangan, tokoh kartun, angka, huruf, atau pola abstrak yang anda sukai. Setelah pola tergambar pada kaleng, anda dapat mengecatnya dengan menggunakan cat akrilik. Warna untuk tiap motif pun sesuai dengan kesukaan anda. Namun, bila anda mendaur ulang kaleng untuk anak anda, anda dapat menggunakan warna cerah dan ‘ngejreng’ karena anak-anak suka sekali bila barang mereka.
Karena ini adalah proses daur ulang dan dan dibuat secara ‘handmade’ maka hasilnya pun spesial. Tidak ada yang sama. Ini adalah salah satu kelebihan membuat pola sendiri. Bila anda mengajak anak anda untuk mendaur ulang kaleng bekas di rumah, ini akan membantu merangsang kreativitas anak anda. Dan mereka pun akan bangga dengan hasil karya mereka sendiri. So, manfaatkan kaleng bekas di rumah anda. Dan anda pun dapat berkreasi dengannya.
BAB 3
PENUTUP
1.Kesimpulan
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
Jenis-jenis sampah dapat di bagi menjadi 4 yaitu :
Ø Berdasarkan sumbernya seperti :
a.Sampah alam
b.Sampah manusia
c. Sampah konsumsi
Ø Berdasarkan sifatnya seperti :
a.Sampah organic(degradable)
b.Sampah anorganik(undegradable)
Ø Berdasarkan bentuknya seperti :
a.Sampah padat
b.Sampah cair
prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah di kenal juga dengan nama 4M yaitu : mengurangi,menggunakan kembali,mendaur ulang,dan mengganti.
Cara pengolahan sampah dapat di mulai dari pengumpulan dan pengangkutan serta pemusnahan dn pengolahan.
2.Saran
Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts,B.et al.Biologi Molekuler Sel,Edisi ke dua,1994,Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,1994.
Hhtp://id.wikipedia.org/wiki/kebersihan
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=10187
http://www.google.com
II.
Karangan Non Ilmiah
KARYA NON ILMIAH
Karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara
penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan
fakta pribadi, umumnya bersifat subjektif, gaya bahasanya bisa konkret atau
abstrak, gaya bahasanya formal dan popular. Satu ciri yang pasti ada dalam
tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam
praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti
penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dan sebagainya.
Ciri-ciri Karya Non Ilmiah:
1.
Bersifat persuasif
2.
Ditulis berdasarkan fakta pribadi
3.
Fakta yang disimpulkan subyektif
4.
4Bersifat imajinatif
5.
Gaya bahasa konotatif dan populer
6.
Situasi didramatisir
7.
tidak memuat hipotesis
8.
Penyajian dibarengi dengan sejarah
Contoh
karya non ilmiah
Ayo Jangan Malas Cuci Tangan
Menjaga
kesehatan tubuh bisa dimulai dari hal-hal yang paling sderhana. Mencuci tangan
misalnya. Mulai sekarang jadikan cuci tangan sebagai bagian dari gaya hidup
Anda.
Tangan
adalah organ tubuh yang paling vital untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
Dari tangan inilah akan tercipta karya-karya indah. Namun, dari tangan jugalah
berbagai penyakit bisa menular.
Tanpa
disadari aktivitas sehari-hari membuat tangan selalu bersentuhan dengan
benda-benda, mulai pulpen, keyboard computer, gagang pintu dan benda-benda
lain. Semenara itu, kita tidak pernah tahu, apakah benda-benda yang kita pegang
tersebut bebas kuman dan virus?
Nah,
untuk mencegah bakteri atau virus berpindah ke dalam tubuh, ada baiknya lakukan
cui tangan, khususnya sebelum dan sesudah makan. Ditengah maraknya berbagai
virus baru belakangan ini, cuci angan menjadi salah satu senjata dasar untuk
mengatasinya.
Manfaat
cuci tangan untuk kesehatan memang sudah diakui. Namun, masih banyak orang yang
enggan melakukannya. Padahal, seiring aktivitas yang Anda lakukan, tangan pun
akan dipenuhi kuman, bakteri, dan virus yang sudah siap memasuki tubuh Anda.
Tak
harus masuk melalui mulut, tapi bisa melalui mata atau hidung. Penyakit infeksi
umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan, termasuk demam biasa (common
cold), flu dan beberapa kelainan system pencernaan seperti diare.
Cuci
tangan juga diwajibkan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, terutama sebelum
dan secepatnya setelah memegang daging mentah, ayam atau ikan. Mencuci tangan
juga menjadi sangat penting sebelum makan, setelah menyentuh hidung, setelah
batuk atau bersin ke tangan, sebelum atau setelah menangani luka atau
sayatan, sebelum atau sesudah menyentuh orang sakit atau terluka.
Dan
yang tidak kalah penting adalah setelah menangani sampah. Mencuci tangan dapat
mencegah sakit pada anak. Utuk itu, biasakan cuci tangan pada anak sejak dini.
Untuk membiasakan anak mencuci tangan, berikan contoh. Cucilah tangan bersama
anak.
III.
Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah
(bahasa Inggris: scientific method) adalah Proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan
melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur
utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi (pengamatan dan
pengukuran)
2. Hipotesis (penjelasan teoretis
yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
3. Prediksi (deduksi logis dari
hipotesis)
4. Eksperimen (pengujian atas semua
hal di atas)
Tujuan mempelajari metode ilmiah
Tujuan dari mempelajari metode ilmiah adalah untuk
mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional dan teruji) sehingga merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan.
Beberapa
poindari tujuan dan mafaat seseorang atau peneliti mempelajari metode ilmiah,
yaitu:
1.
Mengetahui tata cara penulisan ilmiah.
2.
Dapat menyusun fakta yang nyata dan data tersusun scara sistematis.
3.
Menambah wawasan dalam menggunakan teknik yang cepat dan tepat untuk digunakan
dalam menyusun sebuah laporan ilmiah.
dalam menyusun sebuah laporan ilmiah.
4.
Mengetahui bahasa yang digunakan pada tulisan ilmiah yaitu bahasa baku.
Metode
Ilmiah memiliki ciri-ciri keilmuan, yaitu :
1.
Rasional: sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia
2. Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca
2. Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca
indera
3. Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah logis.
3. Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah logis.
Syarat-syarat
Metode Ilmiah, diantaranya :
1.
Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik
fakta
empiris.
2. Metodik, artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
3. Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri,
satu dengan yang lain saling berkaitan.
4. Universal, artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau
beberapa orang saja tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan memperoleh
hasil yang sama.
2. Metodik, artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
3. Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri,
satu dengan yang lain saling berkaitan.
4. Universal, artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau
beberapa orang saja tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan memperoleh
hasil yang sama.
Sifat
Metode Ilmiah :
1. Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu).
2. Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
3. Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).
1. Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu).
2. Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
3. Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).
Pola
pikir dalam metode ilmiah :
1.
Induktif: Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus menjadi
kesimpulan yang
bersifat umum. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup terbatas dalam menyusun argumentasi dan terkait
dengan empirisme.
2. Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogismus
dan terkait dengan rasionalisme.
bersifat umum. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup terbatas dalam menyusun argumentasi dan terkait
dengan empirisme.
2. Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogismus
dan terkait dengan rasionalisme.
Langkah
– langkah Metode Penelitian, diantaranya :
a. Perumusan masalah
b. Pembuatan kerangka berfikir
c. Penarikan hipotesis
d. Pengujian Hipotesis/eksperiment
e. Penarikan kesimpulan
a. Perumusan masalah
b. Pembuatan kerangka berfikir
c. Penarikan hipotesis
d. Pengujian Hipotesis/eksperiment
e. Penarikan kesimpulan
Contoh Kasus
Metode Ilmiah :
Serangan
penyakit virus kuning pada tanaman cabai telah menimbulkan kerugian besar bagi
petani di daerah-daerah sentra cabe di Pulau Jawa dalam 3 tahun terakhir ini
karena akibat serangan geminivirus tersebut menurunkan produksi cabe hingga
jauh dari produksi normal, yang kemudian berdampak melonjaknya harga cabe
dipasaran. Mengetahui virus penyebab penyakit secara pasti dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya sangat penting untuk menentukan tindakan pengendalian yang
tepat.
Penyakit kuning keriting cabai yang disebabkan oleh geminivirus merupakan penyakit utama. tanaman cabai di Indonesia sejak tahun 1999 dan tahun 2000 sudah terjadi epidemi penyakit ini. Terjadinya epidemi diduga sangat berhubungan dengan aktifitas serangga vektornya, kutu kebul (Bemicia tabaci Genn). Hubungan virus dengan vektornya ditentukan berdasarkan efisiensi penularan.
tepat.
Penyakit kuning keriting cabai yang disebabkan oleh geminivirus merupakan penyakit utama. tanaman cabai di Indonesia sejak tahun 1999 dan tahun 2000 sudah terjadi epidemi penyakit ini. Terjadinya epidemi diduga sangat berhubungan dengan aktifitas serangga vektornya, kutu kebul (Bemicia tabaci Genn). Hubungan virus dengan vektornya ditentukan berdasarkan efisiensi penularan.
·
Periode
makan akuisisi
·
Periode
makan inokulasi dan
·
Jumlah
serangga untuk penularan.
Serangga
vektor B. tabaci merupakan vektor yang sangat efektif, karena hanya dengan satu
ekor vektor yang viruliferus telah dapat menularkan virus penyebab penyakit
kuning keriting cabai. Serangga vektor B. tabaci biotipe non B asal Bogor, dan
Pesisir Selatan sudah mampu menularkan virus setelah 15 menit melakukan
akuisisi, dan inokulasi. Periode akuisisi dan inokulasi yang optimal untuk
menularkan virus adalah 6-12 jam. Efektifitas penularan virus oleh serangga
vektor ditentukan oleh strain geminivirus. B. tabaci dari lokasi yang sama
dengan strain geminivirus akan lebih efektif menularkan geminivirus
dibandingkan dengan strain geminivirus asal lokasi geografis yang berbeda.
Efektifitas penularan akan meningkat dengan bertambahnya waktu akuisisi,
inokulasi dan jumlah serangga vektor.
Tanaman yang terserang gemini virus secara umum gejala-gejala yang dapat diamati adalah helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung keatas (cupping). Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Pengamatan lapang menunjukkan pertanaman cabai merah yang 100% terserang tidak menghasilkan buah sama sekali.
Analisis :
Dari contoh kasus diatas saya kaitkan dengan metode ilmiah berikut analisisnya :
Kesimpulan Pertama atau Kesimpulan Sementara :
Penyakit kuning keriting cabai yang disebabkan oleh geminivirus merupakan penyakit utama. tanaman cabai di Indonesia sejak tahun 1999 dan tahun 2000 sudah terjadi epidemi penyakit ini. Terjadinya epidemi diduga sangat berhubungan dengan aktifitas serangga vektornya, kutu kebul (Bemicia tabaci Genn). Hubungan virus dengan vektornya ditentukan berdasarkan efisiensi penularan.
Pengujian Hipotesis :
Serangga vektor B. tabaci merupakan vektor yang sangat efektif, karena hanya dengan satu ekor vektor yang viruliferus telah dapat menularkan virus penyebab penyakit kuning keriting cabai. Serangga vektor B. tabaci biotipe non B asal Bogor, dan Pesisir Selatan sudah mampu menularkan virus setelah 15 menit melakukan akuisisi, dan inokulasi. Periode akuisisi dan inokulasi yang optimal untuk menularkan virus adalah 6-12 jam. Efektifitas penularan virus oleh serangga vektor ditentukan oleh strain geminivirus. B. tabaci dari lokasi yang sama dengan strain geminivirus akan lebih efektif menularkan geminivirus dibandingkan dengan strain geminivirus asal lokasi geografis yang berbeda. Efektifitas penularan akan meningkat dengan bertambahnya waktu akuisisi, inokulasi dan jumlah serangga vektor.
Tanaman yang terserang gemini virus secara umum gejala-gejala yang dapat diamati adalah helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung keatas (cupping). Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Pengamatan lapang menunjukkan pertanaman cabai merah yang 100% terserang tidak menghasilkan buah sama sekali.
Kesimpulan Akhir :
Penyakit kuning yang menyerang tanaman cabai dapat merugikan petani. Karena biasanya tanaman cabai yang berwarna merah jika terkena Gemini virus tidak dapat berbuah sama sekali maka dari itu butuh pengendalian khusus untuk menanganinya.
Tanaman yang terserang gemini virus secara umum gejala-gejala yang dapat diamati adalah helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung keatas (cupping). Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Pengamatan lapang menunjukkan pertanaman cabai merah yang 100% terserang tidak menghasilkan buah sama sekali.
Analisis :
Dari contoh kasus diatas saya kaitkan dengan metode ilmiah berikut analisisnya :
Kesimpulan Pertama atau Kesimpulan Sementara :
Penyakit kuning keriting cabai yang disebabkan oleh geminivirus merupakan penyakit utama. tanaman cabai di Indonesia sejak tahun 1999 dan tahun 2000 sudah terjadi epidemi penyakit ini. Terjadinya epidemi diduga sangat berhubungan dengan aktifitas serangga vektornya, kutu kebul (Bemicia tabaci Genn). Hubungan virus dengan vektornya ditentukan berdasarkan efisiensi penularan.
Pengujian Hipotesis :
Serangga vektor B. tabaci merupakan vektor yang sangat efektif, karena hanya dengan satu ekor vektor yang viruliferus telah dapat menularkan virus penyebab penyakit kuning keriting cabai. Serangga vektor B. tabaci biotipe non B asal Bogor, dan Pesisir Selatan sudah mampu menularkan virus setelah 15 menit melakukan akuisisi, dan inokulasi. Periode akuisisi dan inokulasi yang optimal untuk menularkan virus adalah 6-12 jam. Efektifitas penularan virus oleh serangga vektor ditentukan oleh strain geminivirus. B. tabaci dari lokasi yang sama dengan strain geminivirus akan lebih efektif menularkan geminivirus dibandingkan dengan strain geminivirus asal lokasi geografis yang berbeda. Efektifitas penularan akan meningkat dengan bertambahnya waktu akuisisi, inokulasi dan jumlah serangga vektor.
Tanaman yang terserang gemini virus secara umum gejala-gejala yang dapat diamati adalah helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung keatas (cupping). Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Pengamatan lapang menunjukkan pertanaman cabai merah yang 100% terserang tidak menghasilkan buah sama sekali.
Kesimpulan Akhir :
Penyakit kuning yang menyerang tanaman cabai dapat merugikan petani. Karena biasanya tanaman cabai yang berwarna merah jika terkena Gemini virus tidak dapat berbuah sama sekali maka dari itu butuh pengendalian khusus untuk menanganinya.
SUMBER
:
Penalaran Induktif dan Deduktif :
Karangan Ilmiah, Non Ilmiah, Dan Metode Ilmiah